Sabtu, 29 November 2014

Rabu, 06 November 2013

Liputan Khusus Fashion Stylist

Dewi Utari, Sarjana Ekonomi yang Memilih JalaniPassion Sebagai Fashion Stylist


img
Dok. Instagram Dewi Utari
Jakarta - Bekerja berdasarkan passion tentunya jadi lebih menyenangkan untuk dilakukan. Tak jarang, banyak pula orang-orang yang memilih menjalani profesi di luar jalur pendidikannya. Salah satunya adalah Dewi Utari, seorang fashion stylist dan juga pebisnis, yang memiliki latar pendidikan di bidang ekonomi. Memiliki latar pendidikan Sarjana Ekonomi dan Magister Bisnis Internasional, Dewi tak memilih jadi akuntan, atau auditor sebagai jalan hidupnya. Ia lebih tertarik masuk dalam dunia fashion yang sudah digemarinya sedari kuliah.

"Awalnya sayang banget, tapi ya gitu, mamaku kan orangnya konvensional banget, jadi 'kamu sekolah saja tapi saya nggak mau sekolahin kamu desain, kalau mau kamu sekolah ekonomi', kalau nggak ya bayar sendiri. Ya aku waktu itu kan belum bisa bayar apa-apa ya jadi aku sekolah ekonomi," ungkap Dewi Utari saat berbincang dengan Wolipop di Starbucks, Grand Indonesia, Rabu (30/10/2013).

'Yang aku percaya adalah kalaupun kita niat, kita ingin dan kita mau susah, pasti dapat!' Itulah kata-kata Dewi Utari tentang pilihannya sebagai seorang stylist kini. Meski tak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang fashion, tapi Dewi mencoba terjun ke dunia majalah, bahkan sebelum ia lulus kuliah. Dewi sempat magang dan menjadi kontributor fashion selama dua tahun di majalah remaja, pada tahun 2003-2005. Setelah lulus kuliah, Dewi Utari banyak mengirim aplikasi kerja di berbagai perusahaan. Dari mulai bidang ekonomi, perbankan, dan tentunya majalah.

Singkat cerita, iapun diterima bekerja sebagai asisten fashion stylist di majalah fashion ternama di Indonesia di tahun 2005. Semua pekerjaan stylist ia lakukan, dari mulai meminjam baju dan properti foto, laundry, pengembalian, hingga saat produksi berlangsung.

"Ibaratnya pekerjaan 'kuli' aku lakukan. Jadi kalau orang-orang bilang pekerjaan stylist itu glamour, the truly stylist is not. Jadi seorang stylist itu bener-bener berat menurut aku, banyak keluh kesahnya. Kita juga harus tanggung jawab sama semua barang yang kita pinjam," tutur ibu satu anak ini.

3,5 tahun bekerja sebagai asisten stylist bersama sang mentor, Michael Pondaag, Dewi mendapat banyak pengalaman yang membentuknya sebagai wanita berkarakter kuat seperti sekarang. Iapun sudah terbiasa mandiri dengan profesinya sebagai stylist dan fashion editor saat itu. Setelah menghabiskan 7 tahun lebih hidupnya di majalah yang membesarkan namanya tersebut, wanita yang hobi mengoleksi sepatu hingga ratusan itu memutuskan untuk resign dan menjadi freelance stylist hingga sekarang.
Mengejar impiannya menjadi seorang fashion stylist telah membawa Dewi memasuki dunia mode yang lebih dalam lagi. Ia juga pernah diundang menjadi front row di Paris dan Milan Fashion Week.

Meskipun tidak bekerja di bidang ekonomi, namun menurut Dewi tidak ada ilmu yang terbuang percuma. Apapun yang dilakukan dengan niat yang besar, pasti ada jalannya.

"Waktu di ekonomi aku belajarlah hitung-hitungan, marketing segala macam. Nah, itu berguna bagi aku sekarang seorang freelance. Aku kan belum punya manager, jadi sekarang kalau aku punya masalah deal-deal-anuntuk masalah nominal, aku bisa ngurusin, kayak marketing aku bisa ngurusin karena udah punya kemampuan itu. Apalagi sekarang aku punya toko kue juga kan, jadi terpakai juga, intinya bagaimanapun orangtua selalu benar, walaupun awalnya aku kayak benci gitu kan 'kenapa sih aku nggak boleh' cuma ternyata itu ada gunanya juga," tutup wanita kelahiran 1983 itu.

Koleksi Sepatu Terbaru dari Tod's dengan Gaya Klasik

Alissa Safiera - wolipop


img
Dok. Tod's
Jakarta - Label sepatu asal Italia, Tod's kembali menyuguhkan koleksi fall/winter 2014 terbaru, dengan gaya klasik khas Tod's. Kali ini, kampanye dari koleksi yang dinamakan No_Code itu juga menggabungkan visi dari editor majalah asal London, Jefferson Hack.

Koleksi fall/winter 2014 yang dinamakan 'Colour Theory' itu juga menggandeng fotografer fashion berbasis di Los Angeles, Sam Falls untuk berkolaborasi. Dari tampilan kampanye yang telah rilis, tampak koleksi No_Code itu merupakan gabungan dari pengaruh dunia musik kontemporer, seni dan juga film.

"Untuk citra musim ini, seniman Sam Falls menggunakan teknik yang menggabungkan analog dengan digital - lukisan di atas foto, dan manipulasi proses alami dalam pasca-produksi ini. Sinergi antara sesuatu yang lama dan baru adalah analogi dari apa yang aku lakukan dengan Tod's No_Code. Bekerja dengan warisan sejarah dan label 'Made in Italy' yang telah dibawa brand ini sampai ke abad 21," ujar Jefferson Hack.

Koleksi ini menyuguhkan lima jenis sepatu pria, dan empat koleksi sepatu wanita. Sepatu terbaru ini terdiri atas sepatu Oxford, desert boot, Chelsea boot, dan yang terbaru adalah sepatu buckle-strap. Seluruh sepatu bergaya klasik tersebut didesain dengan kulit berkualitas, dan bahan beludru yang halus. Bagian sol yang terbuat dari karet juga didesain dengan inovasi unik, dan teknik mikro, sehingga sepatu jadi sangat ringan dan fungsional.

Koleksi No_Code ini sudah tersedia di gerai Tod's seluruh dunia. Koleksi ini juga bisa didapat secara online di situs resmi Tod's, Net a Porter, ataupun My Theresa.

Rabu, 30 Oktober 2013

Priyanka Chopra, Aktris India Pertama yang Jadi Bintang Iklan Guess

Eny Kartikawati - wolipop

img
Dok. Guess
Jakarta - Lini busana Guess telah memilih bintang iklan terbaru untuk koleksi liburan 2013. Untuk pertamakalinya, Guess memilih seorang wanita asal India. Dia adalah aktris Priyanka Chopra. Dalam pemotretan untuk Guess, Priyanka difoto oleh penyanyi Bryan Adams yang menjadi fotografer. Inilah berbagai penampilan aktris cantik itu saat difoto Bryan.



Gerai Terbaru Wakai di Gandaria City, Berkonsep Stasiun Kereta Api

Gesi Kautzar - wolipop


img
Foto: Gesi Kautzar/ Wolipop
Jakarta - Wakai merupakan salah satu brand asal Indonesia yang koleksinya terinspirasi dari gaya Jepang. Kini, Wakai membuka gerai ke-10 yang terletak di mal Gandaria City.

Wakai Gandaria City berbeda dengan gerai lainnya karena bertemakan stasiun kereta api. Mengapa stasiun kereta api? "Kami ingin agar gerai kami menjadi transit dan tujuan bagi para konsumen", ujar Freddie Beh, pemilik PT Metrox Lifestyles yang memayungi Wakai saat konferensi pers di Gandaria City, Jakarta Selatan, Rabu (30/10/2013).

Kesan stasiun kereta api semakin kental dengan adanya tempat pembelian tiket kereta api yang difungsikan sebagai kasir. Pajangan yang bertemakan kereta api juga menghias setiap sudut gerai.

Produk wakai terdiri dari sepatu untuk pria dan wanita, tas, pakaian, sampai peralatan rumah yang mereka beri nama Wakai Living. Wakai nantinya segera meluncurkan produk terbaru bernama Kohai, yaitu sepatu untuk anak-anak. 

"Saya pernah pergi ke sebuah market, disana saya bertemu 6 pasangan yang keduanya memakai sepatu Wakai. Saat saya tanya, mereka sangat ingin ada sepatu wakai untuk anak-anak", ujarnya.

Kolaborasi Fashion dan Teknologi, Rachel Zoe Desain USB Sebagai Gelang


img
ist.
Jakarta - Zaman sekarang ini, orang-orang lebih suka hal yang praktis dan multifungsi. Begitu juga saat membicarakan fashion. Maka tak heran, kini banyak desainer yang merilis produk stylish tapi juga punya kegunaan lain dalam bidang teknologi.

Salah satu desainer tersebut ialah Rachel Zoe. Stylist dan desainer favorit selebriti ini membuat gelang yang juga berfungsi sebagai USB.

Rancangan tersebut adalah hasil kolaborasi antara eBay dan CFDA, organisasi nirlaba yang jadi wadah para desainer di Amerika. Bukan hanya Rachel yang tergabung sebagai desainer yang menciptakan gelang itu. Desainer lainnya adalah Mara Hoffman, Michael Bastian, Shipley & Halmos, dan Milly.

Salah satu rancangan gelang yang sudah rilis adalah milik Mara Hoffman. Ia membuat gelang dengan warna dasar putih bergambar harimau dan bulan.

Seperti yang dikutip dari Fashionista, nantinya gelang USB itu akan dijual di eBay 11 November 2013. Dijual dengan harga US$ 25 atau sekitar Rp 280 ribuan.

Rabu, 23 Oktober 2013

Awas, Terlalu Sering Pakai Smartphone Bisa Buat Tulang Belakang Rusak Permanen

Hestianingsih - wolipop


img
Dok. Thinkstock
Jakarta - Terlalu sering menggunakan smartphone bisa berakibat fatal bagi tulang belakang Anda. Berdasarkan penelitian, rata-rata orang memakai smartphone 110 kali sehari, dan itu bisa menyebabkan kerusakan permanen pada tulang leher hingga punggung.

Saat membaca pesan teks atau main game di smartphone, tablet dan gadget sejenisnya, kepala cenderung menunduk dan condong ke depan dan bisa menambah tekanan serta beban pada tulang belakang. Kondisi inilah yang membuat seseorang merasa pegal dan sakit di leher setelah memakai ponsel dalam waktu lama.

Dr. Matt Herba mengatakan makin banyak pasien, terutama anak-anak yang mengeluh menderita sakit pada lehernya. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa menjadi permanen.

"Studi menunjukkan ketika kepala condong ke depan, akan menambah beban hingga 4,5 kg pada tulang belakang," ujar Dr. Herba yang seorang ahli urut tulang di Florida, seperti dilansir Daily Mail.

Ia menambahkan, anak muda zaman sekarang banyak yang menderita sakit leher akibat asyik memainkan ponsel atau smartphone mereka. Terlalu banyak menunduk bisa memicu kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada tulang rawan dan jaringan di antara ruas-ruas tulang belakang. 

Para dokter gigi spesialis ortodontis juga mendapati banyak anak yang mengertakkan gigi mereka saat bermain games di smartphone. Jika kebiasaan tersebut dibiarkan terlalu lama, akan membuat tulang punggung dan leher bertambah sakit dan kondisinya bisa semakin parah pada orang dewasa. Akibatnya memang tidak langsung dirasakan, tapi bertahun-tahun sebelum timbulnya gejala kerusakan tulang belakang.

Untuk mencegah hal itu terjadi, sangan disarankan untuk mengurangi frekuensi penggunaan ponsel atau smartphone. Para pengguna harus waspada dengan risiko terjadinya RSI (repetitive strain injury) akibat smartphone. RSI merupakan sebutan untuk cedera pada otot, tendon dan urat yang disebabkan gerakan yang dilakukan berulang-ulang pada satu bagian tubuh. 

Penelitian ilmiah yang membuktikan bahwa menulis pesan teks dan bermain games di ponsel bisa menyebabkan RSI memang belum dilakukan. Namun sangat disarankan untuk tidak menggenggam ponsel terlalu erat dan coba menempatkan ponsel tepat di depan Anda untuk mengurangi peregangan pada leher.

Studi yang dipublikasikan dalam International Journal of Occupational Safety and Ergonomics menemukan ada 53 persen pengguna ponsel yang menderita leher, kaku, sakit dan kram. Studi lainnya dari San Francisco State University menunjukkan bahwa 83 persen orang mengaku mengalami sakit pada tangan dan leher saat menulis pesan teks.